Malam Qadar merupakan malam saat Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad. Malam itu merupakan malam yang istimewa yang dikatakan dalam Alquran sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau 83.3 tahun (QS 97:3). Sekarang sudah 1400 tahun lebih umur kitab Alquran semenjak diturunkan. Ini sudah membuktikan bahwa malam ketika Alquran diturunkan telah melewati umur ribuan tahun, jauh melebihi 1000 bulan. Pada ayat lain dikatakan bahwa Alquran itu diturunkan pada bulan Ramadhan (QS 2:185). Dengan demikian, kita mengetahui bahwa malam istimewa atau Malam Qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan. Pada surat Alqadar kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut bahwa pada malam itu malaikat dan ruh turun ke bumi untuk suatu urusan. Urusan yang besar, yakni menurunkan Alquran yang digunakan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (QS 2:2).
Ayat Alquran lain mengungkap bahwa jika Alquran ini diturunkan kepada gunung, akan pecahlah gunung tersebut karena kekuatannya (QS 59:21). Manusia sanggup menerima kitab Allah ini dengan jiwa dan raganya. Pasti ada keistimewaan manusia dibandingkan dari ciptaan Allah yang lain di muka bumi. Manusia dijadikan Allah sebagai khalifatul fir ardh (pemimpin di muka bumi). Manusia bisa membikin bumi ini rusak atau terpelihara dengan baik.
Lalu, untuk siapakah Alquran diturunkan? Alquran akan bermanfaat bagi orang yang ingin mendapatkan petunjuk bagaimana menjadi orang yang bertaqwa (QS 2:2). Apakah tanda-tanda orang yang bertaqwa itu? Tanda-tandanya adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan harta, beriman kepada Alquran, mempercayai kehidupan Akhirat (QS 2:3-4).
Orang yang bertaqwa kelak disediakan surga oleh Allah (QS 3:133). Surga itu merupakan suatu tempat yang indah dan elok. Manusia kekal tinggal di dalamnya. Di surga itu tumbuh bermacam pohon-pohon (QS 36:57) dan sungai mengalir di bawahnya (QS 2:25). Hadits dari Bukhari meriwayatkan bahwa suasana surga itu belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas dalam pikiran seseorang.
Rabi'ah Al Adawiyah dalam suatu kutipannya yang ekstrim mengatakan bahwa "jika aku menginginkan surga, maka lenyapkanlah surga itu di hadapanku". Beliau sudah mencapai derjat cinta ilahiah yang tinggi. Suatu cinta yang tidak menghendaki apa-apa lagi kecuali balasan cinta dari sang kekasih sejati, Allahu rabbul 'alamin. Sebuah cinta yang melihat suatu pengorbanan terhadap kekasih itu bukanlah sebuah bisnis yang musti ada rugi laba. Pengorbanan bagi seorang pecinta adalah sebuah tindakan cinta yang sering berakhir tragis dalam temali sejarah. Kita melihat ulah pecinta ini sebagai suatu paradoks. Ringis deritanya adalah sebuah senyuman manis dan binar matanya laksana seorang bocah..!
Indikator cinta berbalas adalah jiwanya yang dilingkupi ketenangan yang dalam. Adakah yang lebih baik dari itu? Yang jelas dalam teks Alquran jelas bahwa yang pertama dicari itu adalah ridha Allah. Oleh karena Allah sudah ridha, kita akan mendapatkan pahala (QS 4:114), menjadi orang yang beruntung (QS 30:38) dan diberikan petunjuk jalanNya (QS 29:69) (sumber). Disinikah cinta dan ridha bertemu?
Ayat Alquran lain mengungkap bahwa jika Alquran ini diturunkan kepada gunung, akan pecahlah gunung tersebut karena kekuatannya (QS 59:21). Manusia sanggup menerima kitab Allah ini dengan jiwa dan raganya. Pasti ada keistimewaan manusia dibandingkan dari ciptaan Allah yang lain di muka bumi. Manusia dijadikan Allah sebagai khalifatul fir ardh (pemimpin di muka bumi). Manusia bisa membikin bumi ini rusak atau terpelihara dengan baik.
Lalu, untuk siapakah Alquran diturunkan? Alquran akan bermanfaat bagi orang yang ingin mendapatkan petunjuk bagaimana menjadi orang yang bertaqwa (QS 2:2). Apakah tanda-tanda orang yang bertaqwa itu? Tanda-tandanya adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan harta, beriman kepada Alquran, mempercayai kehidupan Akhirat (QS 2:3-4).
Orang yang bertaqwa kelak disediakan surga oleh Allah (QS 3:133). Surga itu merupakan suatu tempat yang indah dan elok. Manusia kekal tinggal di dalamnya. Di surga itu tumbuh bermacam pohon-pohon (QS 36:57) dan sungai mengalir di bawahnya (QS 2:25). Hadits dari Bukhari meriwayatkan bahwa suasana surga itu belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas dalam pikiran seseorang.
Rabi'ah Al Adawiyah dalam suatu kutipannya yang ekstrim mengatakan bahwa "jika aku menginginkan surga, maka lenyapkanlah surga itu di hadapanku". Beliau sudah mencapai derjat cinta ilahiah yang tinggi. Suatu cinta yang tidak menghendaki apa-apa lagi kecuali balasan cinta dari sang kekasih sejati, Allahu rabbul 'alamin. Sebuah cinta yang melihat suatu pengorbanan terhadap kekasih itu bukanlah sebuah bisnis yang musti ada rugi laba. Pengorbanan bagi seorang pecinta adalah sebuah tindakan cinta yang sering berakhir tragis dalam temali sejarah. Kita melihat ulah pecinta ini sebagai suatu paradoks. Ringis deritanya adalah sebuah senyuman manis dan binar matanya laksana seorang bocah..!
Indikator cinta berbalas adalah jiwanya yang dilingkupi ketenangan yang dalam. Adakah yang lebih baik dari itu? Yang jelas dalam teks Alquran jelas bahwa yang pertama dicari itu adalah ridha Allah. Oleh karena Allah sudah ridha, kita akan mendapatkan pahala (QS 4:114), menjadi orang yang beruntung (QS 30:38) dan diberikan petunjuk jalanNya (QS 29:69) (sumber). Disinikah cinta dan ridha bertemu?